MUKOMUKO,JAYA POS – Harimau alias Macan masuk pemukiman sehingga bikin geger warga Trans Lapindo, Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, dan sempat menyerang ternak sapi milik warga, pada Rabu dini hari (26/1) membuat warga setempat menggegerkan.
Sapi yang diterkam binatang buas itu berada di kandang yang hanya berjarak sekitar 15 meter dari rumah pemilik. Peristiwa ini sudah tergolong konflik antara harimau dengan warga.
Pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu memperkirakan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab harimau sampai masuk ke pemukiman warga Trans Lapindo, Kecamatan Malin Deman.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu, Said Jauhari, S.Hut menuturkan, kemungkinan salah satu faktor harimau turun sampai ke pemukiman warga itu disinyalir dipicu oleh penyakit babi yang terjadi di wilayah hutan sekitar Trans Lapindo beberapa waktu lalu.
Said mengatakan, bahwa sebelum harimau ini heboh masuk pemukiman, pernah terjadi penyakit menyerang babi sehingga terjadi peristiwa babi mati massal.
“Dulu itu pernah ada penyakit, flu babi,” ungkap Said, ketika dikonfirmasi wartawan via telepon, Kamis (27/1).
Hubungannya dengan peristiwa Harimau masuk pemukiman ini, lanjut Said, Dengan banyaknya babi mati di kawasan hutan, mengakibatkan ketersediaan pakan, khususnya babi liar berkurang.
“Notabene nya ketersediaan pakan ini, menurut kami menjadi faktor harimau turun hingga ke pemukiman,” ujarnya. Lanjutnya,”
Apa lagi ditamba dengan maraknya perambahan hutan negara, Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) di sekitar Trans Lapindo. Satu sisi, kata Said, hutan negara itu merupakan salah satu habitat Panthera Tigris Sumatera.
“Jadi, habitat harimau ini tidak di hutan belantara (hutan primer). tapi lebih ke hutan sekunder. Karena hewan-hewan lain menjadi mangsa harimau, seperti babi atau rusa, lebih banyak di hutan sekunder,” paparnya.
Menurut Said, penyebab harimau masuk ke pemukiman warga karena jarak pemukiman dengan Trans Lapindo dengan kawasan HP maupun HPT sangat dekat. “Jarak antara pemukiman Trans Lapindo dengan hutan Negara ini kan cuma 500 meter,” ungkapnya lagi.
Dugaan lain penyebab harimau masuk ke pemukiman warga ini, lanjut Said, kemungkinan harimau dalam kondisi sakit atau lemah. Sehingga harimau hilang kemampuan untuk berburu hewan liar. Akibatnya, harimau itu mencari hewan jinak.
Said menambahkan, Harimau Sumatra yang konflik dengan warga Trans Lapindo ini dipastikan hanya 1 ekor. Kepastian itu dapat dilihat dari ukuran jejak yang ditemukan di kawasan berukuran sama.
Langkah penanggulangan konflik satwa dengan warga ini, pihak BKSDA bakal memasang perangkap kerangkeng untuk menangkap harimau tersebut. Lalu kemudian akan dipindahkan ke hutan yang jauh dari pemukiman warga.
“Tanggal 12 Januari lalu, tim gabungan kan juga sudah turun melakukan pengusiran dengan meriam dan bunyi-bunyian. Setelah itu cukup kondusif sekitar seminggu lebih. Kemudian kejadian lagi kemarin. Maka langkah yang kemungkinan bakal dilakukan memasang perangkap. Kemudian nanti harimau kita pindahkan ke hutan yang jauh dari pemukiman,” pungkas Said. (Red)