Scroll untuk baca artikel
AdvertorialNasional

Seminar Sehari Lintas Daerah Untuk Penguatan Punguan Limbong Mulana

139
×

Seminar Sehari Lintas Daerah Untuk Penguatan Punguan Limbong Mulana

Sebarkan artikel ini
Peserta narasumber, Saut Limbong, SE mewakili bona pasogit, Robert Limbong, SH, MH, Brigjen Ramses Limbong, Pdt DR Sukamto Limbong dan moderator, Berman Limbong, SH, MH

SENTUL, JAYA POS – Seminar sehari lintas daerah kumpulan Limbong  Mulana yang diadakan di Lor in Hotel Sentul Bogor Jawa Barat, Sabtu (26/11/2022) berjalan dengan baik. Kauta peserta hanya 100 orang, namun yang hadir lebih dari 100 orang peserta seminar yang digagas oleh Kumpulan Limbong Mulana Sejabodetabek Serang, dan menghasilkan keputusan bersama untuk memperkokoh punguan antar lintas daerah kumpulan Limbong Mulana.

Seminar sehari itu dihadiri narasumber dari putra putra Limbong yang terbaik untuk memberikan pemaparan sesuai talenta masing masing, hadir Saut Limbong, SE mewakili dari bona pasogit Sianjur Mula Mula Kabuptaen Samosir, Robert Limbong, SH, MH, Brigjend Ramses Limbong,SIP, MSi. dan Pdt DR Sukamto Limbong.

Sementara dari daerah yang hadir, Surabaya, Bandung Raya, Subang, Purwakarta, Karawang, Cikampek, Lampung, bona pasogit Sianjurmula mula Kabupaten Samosir, dan Limbong Mulana Sejabodetabek Serang sebagai tuan rumah.

Peserta seminar dari Bandung Raya, Subang, Karawang, Cikampek dan Purwakarta.

Menurut ketua panitia pelaksana, Carles Limbong, SE yang juga Ketua II yang membidangi organisasi di Kumpulan Limbong Sejabodetabek Serang, kegiatan seminar antar lintas daerah ini bertujuan untuk menguatkan persaudaraan Limbong Mulana antar wilayah agar tidak terpecah pecah.

Belakangan ini ada beberapa kumpulan marga yang terpecah, disebabkan ego sentris oleh petinggi marga itu sendiri. Beda pendapat boleh boleh saja, namun jangan perbedaan membuat perpecahan dalam kumpulan satu marga itu sendiri.

Pesrta seminar dari bona pasogit dan Surabaya.

“ Nurani Limbong Mulana Sejabodetabek Serang yang menjadi barometer kumpulan Limbong Mulana Se-Indonesia terpanggil untuk merajut kembali hubungan yang harmonis dan penguatan sesama marga dalam kumpulan itu. Dasar keprihatinan itulah menganisiasi seminar sehari dengan tema Pasombu Sihol. Pasada Tahi “ ujar Carles Limbong sebagai generasi muda jaman digital saat ini.

Peserta seminar dari Lampung dan pemaparan dari bonapasogit, Pantas Limbong yang juga anggota DPRD Kabupaten Samosir

Seminar ini tentu diapresiasi khusunya dari bona pasogit, mengingat perbedaan pemikiran antar lintas sesama kumpulan Limbong Mulana akan berdapak ke bona pasogit, walupun tidak signifikan.

Keberadaan rajabius dibona pasogit seharusnya dapat menyelesaikan persoalan persoalan tatanan adat dibona pasogit. Pergeseran tatanan dari yang sebelumnya juga ikut menjadikan konplik khususnya dalam pembagunan tugu. Penguatan rajabius itu perlu didukung sepenuhnya oleh Limbong perantau, sehingga apa menjadi permasalahan, dapat diselaikan dengan baik.

Peserta seminar dari Jabodetabek Serang, tampak , Carles Limbong, Ketua Panitia dan Ketua Umum Limbong Mulana Jabodetabek Sereang, Berman Limbong

Persoalan persoalan yang lain dialami bona pasogit, yaitu peningkatan ekonomi masyarakat setempat, berharap Kumpulan Limbong yang ada diperantauan dapat berkontribusi membangun budaya dan wisata di Sianjurmula mula, jelas Saut Limbong, SE.

Robert Limbong, hakim tinggi yang saat ini bertugas di NTT, mengingatkan keberadaan kumpulan Limbong lintas wilayah, agar tetap mengedepankan persatuan dan kesatuan yang tidak telepas dari norma norma yang sudah ditentukan

Pembentukan organisasi yang lebih besar dan luas memerlukan kesepakatan kebersamaan untuk menyatukan satu presepsi dari tujuan organisasi itu.

Peserta Seminar dari Jabodetabek Serang

Adanya kesatuan presepsi tentunya menjaga konplik antar pihak yang terlibat dikemudian hari, dan dibuatlah Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang menjadi acuan dalam menjalankan roda organisasi tersebut.

Generasi Limbong jaman digitalisasi saat ini menyambut Indonesia 100 tahun pada tahun 2045 dapat sebagai kunci untuk mengikis  perilaku elat (iri), late (dengki), teal (munafik) khusunya diperkumpulan Limbong, sehingga nantinya menjadi modal dalam persaingan global dalam menjalani organisasi itu.

Mewakili kaum ibu

Kesiapan marga Limbong sebagai asset bangsa harus dimulai dari sekarang menuju tahun 2045, tentunya itu tidak terlepas dari adanya kejujuran, bekerja keras dan kepintaran.

Hambatan yang selama ini yang menjadi perpecahan suatu organisasi marga, itu tidak terlepas dari elat (iri, late (dengki), teal (munafik), kurang wawasan, kurang komunitatif, kurang percaya diri, dan kurang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berbeda pada suatu komunitas, ujar Brigjend Ramses Limbong, SIP, MSi yang saat ini bertugas sebagai kepala pusat Konstruksi Baranahan di Kemham.

Pesrta seminar dari Jabodetabek Serang

Ramses menilai, bahwa Kumpulam Limbong perlu mempekuat peran keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang, menanamkan nilai-nilai moral, dan pembentukan kepribadian individu. Meningkatkan tingkat pendidikan yang berlandaskan pada Filosofi “Anakkon ki do hamoraon diau”. Mempertahankan warisan budaya batak yaitu “Dalihan Natolu”. Gunakan fitur teknologi informasi untuk hal yang positif dan menunjang kekerabatan, dengan berpedoman pada etika berkomunikasi dan memahami bahwa keberagaman adalah keniscayaan. Inilah landasan yang harus diproses Limbong menuju 2045, tutup Ramses.

Limbong memang diciptakan dengan bobot berbeda, karena dekat dengan peradapan orang batak di Sianjur Mulamula. Merajut kasih persaudaraan sangat penting dikeluarga besar Limbong Mulana, ujar Pendeta DR Sukanto Limbong, pengajar STT HKBP Pematang Siantar. Firman Tuhan yang dikutif  dari Mazmur 133. Pada ayat 1. Alangkah baiknya dan senangnya, kalau umat Allah hidup rukun. Kerukunan itu tentunya seperti merajut kasih persaudaraan sama seperti merajut nyanyian. Ada nada tinggi, rendah, mayor, dan minor. Semua nada akan indah kalau kita setia menjaga harmoni, seperti hal dalihan natolu. Somba marhula hula, elek marboru dan manat mardongan tubu, ketiga peran masing masing saling menghargai pungsi masing masing, sehingga tatanan itu berjalan dengan baik.

Mewakili kaum Ibu

Limbong lahir dari nenek moyang pendoa, orang bijak, menekankan perlunya merajut kasih persaudaraan dengan penguatan doa dan peran keluarga, tutup Sukamto.

Sementara Moderator, Berman Limbong, SH. MH yang juga Ketua Umum Limbong Mulana Sejabodetabek Serang membuat tiga kesipulan dalam seminar sehari lintas daerah yaitu :

-Satahi saoloan memperdayakan potensi yang ada dihuta Limbong khususnya budaya dan parawisata untuk meningkat taraf kehidupan perokonomian masyarakat Limbong.

-Seluruh peserta seminar dan narasumber bersepakat untuk menggalakkan sada tahi sada oloan untuk memajukan huta Limbong dengan memamfaatkan Yayasan Limbong Mulana.

-Punguan Limbong Mulana Se-Indonesia akan dibahas dikemudian hari.

Berman mengigatkan semua kepada yang hadir tetap menjaga persaudaraan sesama marga Limbong agar terjalin dengan baik, tentunya kumpulan masing masing mempunyai aturan yang sudah ditetapkan sesuai koridor aturan itu sendiri.

Ada dua perhelatan yang penting yang menjadi keputusan bersama Limbong antar lintas daerah kedepannya, yang pertama, menentukan titik nol peradapan orang batak di Sianjur mula mula, dimana adanya komunitas lain yang sudah menentukan titik nol peradapan orang batak. Kedua, peresmian tugu Limbong Mulana yang ada dibona pasogit. Tentu PR ini menjadi lanjutan seminar yang akan dilanjutkan dikemudian hari.

Kesehatian dan kebersamaan  Limbong Mulana Sejabodetabek Serang  tidak terlepas dari  Teg Line yang menjadi ikon Limbong Mulana Sejabodetabek Serang, yaitu “ Limbong Mulana, tak terpisahkan dari kasih Allah “. Biarlah kasih Allah yang ada pada diri kita dapat merajuk kembali persaudaraan kedepannya, tutup Berman. (A1)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *