Scroll untuk baca artikel
BeritaHeadline

Buya Ruslinur: Pencetus Uang Sejarah Pesisir Selatan Meninggal Dunia

323
×

Buya Ruslinur: Pencetus Uang Sejarah Pesisir Selatan Meninggal Dunia

Sebarkan artikel ini

PESISIR SELATAN, JAYA POS – Kehilangan salah satu tokoh terakhir dalam sejarah pencetakan urang bersejarah, H. Buya Ruslinur, yang berpulang ke rahmatullah pada tanggal 8 April 2024 di RSUD Painan, pada usia 94 tahun.

Sebagai pelaku percetakan uang sejarah di Pesisir Selatan, Buya Ruslinur meninggalkan warisan berharga tentang uang Lengayang, yang dikenal sebagai pitih Kambang. Pengalaman 15 tahun yang lalu, saya berdiskusi dengan beliau untuk menggali sejarah uang Lengayang, yang beliau jelaskan secara rinci untuk diterbitkan di Harian Umum Haluan. Sepenggal sejarah yang menginspirasi, menurut beliau, adalah tentang keberanian Kecamatan Lengayang di Sumatera Barat yang mencetak mata uang sendiri, dengan Buya Ruslinur sebagai salah satu tokoh utama dalam proses pencetakan tersebut.

Menurut Buya Ruslinur, perjuangan kemerdekaan NKRI di Pesisir Selatan selama perang kemerdekaan 1945 – 1949 terjadi di tengah kemiskinan yang diakibatkan oleh penjajah. Pada masa itu, dana untuk membiayai perang kemerdekaan sangat minim, dan rakyat yang miskin terus mendukung perjuangan dengan segala keterbatasan.

Pemerintah militer Jepang, pada masa itu, bertindak otoriter dan sewenang-wenang, menyebabkan penderitaan rakyat. Rakyat harus bertahan dengan makanan sederhana seperti sagu, pisang, ubi kayu, dan kadang-kadang bahkan makanan beracun seperti gadung celeng. Kondisi pakaian dan kesehatan rakyat juga mengalami penderitaan yang serius.

Setelah proklamasi kemerdekaan, kenagarian Kambang dan Lakitan menjadi otonom, namun masa revolusi berwujud militer yang angker dan represif. Untuk mengatasi kemiskinan dan kesengsaraan, dibentuklah Badan Penolong Kesengsaraan Korban Perang (BPKKP) dengan bantuan dari tokoh-tokoh setempat.

Uang Lengayang kemudian dicetak sebagai upaya untuk mengatasi kekurangan dana dalam membiayai perjuangan. Namun, peristiwa-peristiwa huru-hara selama perang menyebabkan percetakan uang ini dipindahkan beberapa kali, hingga akhirnya berhenti setelah penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Indonesia.

Berdasarkan instruksi Gubernur Militer Sumatera Barat No 15 tanggal 19 Januari 1949, uang Kabupaten sebagai pengganti uang Lengayang dikenal dengan URIPS mulai beredar. Namun, masih terdapat masalah baru terkait uang Lengayang yang masih beredar di tengah masyarakat.

Kepergian H. Buya Ruslinur meninggalkan sebuah legenda tentang perjuangan dan keberanian dalam mencetak uang sebagai simbol kemerdekaan. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan untuk menghadapi ujian ini.(BsC)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *