BeritaHeadline

Menggali Potensi 85 Embung Alam di Samosir: Solusi Cerdas dan Berkelanjutan untuk Air Bersih, Pertanian, dan Industri Rakyat

173
×

Menggali Potensi 85 Embung Alam di Samosir: Solusi Cerdas dan Berkelanjutan untuk Air Bersih, Pertanian, dan Industri Rakyat

Sebarkan artikel ini
Salah satu embung di Kabupaten Samosir.

SAMOSIR, JAYA POS – Kabupaten Samosir, sebuah wilayah dengan kekayaan alam yang luar biasa, menyimpan potensi besar dalam 85 embung alam yang tersebar di berbagai penjuru. Embung-embung ini merupakan cekungan alami penampung air yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, di tengah meningkatnya kebutuhan air bersih dan irigasi, keberadaan embung tersebut bisa menjadi solusi strategis bagi krisis air yang mulai dirasakan masyarakat.

Pengelolaan embung alam bukan sekadar soal infrastruktur, tetapi menyentuh langsung hajat hidup orang banyak. Ketersediaan air bersih adalah hak asasi manusia yang diakui secara internasional. Dalam konteks lokal, kekurangan air berdampak besar terhadap pemenuhan kebutuhan dasar seperti air minum, sanitasi, pertanian, serta keberlangsungan industri kecil dan menengah (IKM) yang menjadi tulang punggung ekonomi rakyat.

Indonesia telah mengatur hak atas air melalui berbagai regulasi, antara lain Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. Kedua aturan ini menegaskan pentingnya akses masyarakat terhadap air berkualitas dan pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan. Dalam konteks inilah, embung alam Samosir dapat menjadi bagian penting dari strategi nasional ketahanan air.

Pemanfaatan embung alam tidak memerlukan teknologi rumit. Justru, pendekatan sederhana dan berbasis kearifan lokal bisa menjadi kunci keberhasilan. Beberapa solusi yang dapat diterapkan di Samosir antara lain:

  1. Optimalisasi Penampungan Air dengan Pengelolaan Sedimen
    Pengangkatan lumpur secara berkala penting dilakukan untuk menjaga kapasitas embung dan mencegah pendangkalan akibat sedimentasi.

  2. Pembangunan Sistem Irigasi Sederhana
    Saluran irigasi dari embung ke lahan pertanian bisa dibuat menggunakan pipa PVC atau kanal tanah, serta menerapkan irigasi tetes guna efisiensi penggunaan air.

  3. Penggunaan Pompa Air Tenaga Surya
    Teknologi energi terbarukan ini menjadi solusi murah dan ramah lingkungan untuk mendistribusikan air ke rumah tangga dan lahan pertanian.

  4. Integrasi dengan Sistem Pengelolaan Air Hujan
    Embung dapat diperkuat dengan sistem penampung air hujan dari atap rumah atau area publik, untuk memastikan pasokan air tetap terjaga saat musim kemarau.

  5. Konservasi Lingkungan Sekitar Embung
    Penanaman pohon di sekitar embung tak hanya mencegah erosi, tetapi juga membantu menjaga kualitas air dan ekosistem lokal.

  6. Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Lokal
    Keterlibatan warga dalam pengelolaan embung akan memastikan keberlanjutan proyek, sekaligus meningkatkan kemandirian desa dalam mengelola sumber daya air.

Pengembangan embung alam memiliki sejumlah kelebihan, seperti:

  • Kapasitas alami penampungan air yang besar.

  • Fungsi ekologi dalam menjaga keseimbangan alam dan mengurangi banjir.

  • Diversifikasi sumber air untuk pertanian, air minum, dan industri kecil.

Namun, tantangan tetap ada:

  • Sedimentasi dan kerusakan ekosistem sekitar embung.

  • Fluktuasi cuaca dan perubahan iklim yang memengaruhi ketersediaan air.

  • Keterbatasan anggaran dan tenaga teknis.

  • Potensi konflik antar pengguna air dari berbagai sektor.

Model pemanfaatan embung di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, patut dijadikan contoh. Di sana, embung menjadi pusat irigasi sekaligus penyedia air bersih bagi warga. Hasilnya, produktivitas pertanian meningkat dan ketahanan air desa terjaga. Di tingkat internasional, Jepang menjadi rujukan bagaimana embung dikelola dengan teknologi tinggi namun efisien, seperti pengendalian sedimentasi otomatis dan sistem distribusi air berbasis sensor.

Dengan 85 embung alam yang dimiliki, Samosir sejatinya telah memiliki modal besar untuk membangun ketahanan air yang berkelanjutan. Yang dibutuhkan kini adalah sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan dukungan kebijakan yang berpihak pada pengelolaan sumber daya lokal. Dengan inovasi, pelatihan, dan tekad bersama, embung-embung ini bukan hanya menjadi penampung air, tetapi juga penopang kehidupan dan kemajuan ekonomi masyarakat Samosir.****

Oleh: Dr. Wilmar Eliaser Simandjorang, Dipl.Ec., M.Si (Penulis adalah Ketua Pusat Studi Geopark Indonesia / Penggiat Lingkungan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *