BeritaHeadlineNasional

Pengelolaan Pariwisata Samosir Berbasis Geopark Perlu Inovasi

79
×

Pengelolaan Pariwisata Samosir Berbasis Geopark Perlu Inovasi

Sebarkan artikel ini
D. Simanjuntak dan Ibu T. Silalahi, orang tua dari Jenderal Maruli Simanjuntak KSAD, Brigjen (Purn) Nurhajizah Marpaung, mantan Wakil Gubernur Sumatera Utara dan Wilmar Simanjorang berpoto bersama di kantor Badan Pengelola Toba Caldera Unesco Global Geopark (PB TC UGGp) Sigulatti, Kec. Sianjur Mula Mula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

SAMOSIR, JAYA POS – Keindahan Danau Toba, khususnya di Kabupaten Samosir, menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Dalam perbincangan yang berlangsung di Pusat Informasi Geopark Kaldera Toba, D. Simanjuntak dan Ibu T. Silalahi, orang tua dari Jenderal Maruli Simanjuntak KSAD, bersama Dandim Tapanuli Utara yang turut serta dalam kunjungan ini, mengungkapkan kekaguman mereka terhadap kekayaan alam, budaya, dan sejarah yang dimiliki kawasan ini, Kamis (3/4/2025).

Kunjungan ini memberikan pengalaman mendalam tentang sejarah letusan Gunung Api Toba melalui film dokumenter dan panel-panel informasi yang menggambarkan keanekaragaman geologi, hayati, serta budaya. Semua kekayaan ini memiliki nilai strategis internasional dengan Outstanding Universal Value (OUV). Jika dikelola dengan baik, kawasan ini berpotensi menjadi destinasi unggulan yang mampu mengurangi kesenjangan antara destinasi wisata di Naiambaton di Utara (Geosite Ambarita Siallagan-Tuktuk dan Tomok, Geosite Simanindo Batu Hoda) dengan Geosite Pusuk Buhit dan Tele di bagian Selatan Kabupaten Samosir.

T. br. Silalahi Ibu dari Jenderal Maruli Simanjuntak KSAD saat berbincang bincang dengan Wilmar Simanjorang.

Tantangan dan Kurangnya Inovasi dalam Pengelolaan Geopark

Letkol Inf. Saiful Rizal, Dandim 2010/TU Tapanuli Utara, menyampaikan bahwa Badan Pengelola Toba Caldera Unesco Global Geopark (PB TC UGGp) dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Samosir perlu lebih inovatif dalam mengelola pariwisata berbasis geopark. Rendahnya minat pengunjung ke Sigulati, misalnya, merupakan indikasi bahwa pendekatan pengelolaan masih kurang kreatif. Di era digital ini, inovasi adalah keterampilan penting yang menentukan daya saing suatu destinasi wisata.

Dalam diskusi yang sama, Ibu Brigjen (Purn) Nurhajizah Marpaung, mantan Wakil Gubernur Sumatera Utara sekaligus mantan Ketua Percepatan Geopark Nasional Kaldera Toba, menyoroti kurangnya perkembangan signifikan Geopark Toba meskipun telah menyandang status UNESCO Global Geopark selama empat tahun. Hal ini dipandang sebagai akibat dari kurang optimalnya pelaksanaan enam rekomendasi UNESCO pada Juli 2020, yang mengakibatkan TC UGGp mendapatkan kartu kuning. Salah satu indikasi lemahnya inovasi adalah kurangnya pembaruan, pemanfaatan, dan pengembangan konsep wisata yang menarik serta berkelanjutan.

Kekurangan dalam Infrastruktur dan Pengelolaan Geopark

Selain minimnya inovasi dalam promosi, beberapa permasalahan mendasar masih ditemukan di lokasi-lokasi geosite, seperti:

  • Kurangnya visibilitas dan signage di geosite-geosite utama yang membuat pengunjung tidak merasakan atmosfer khas Geopark.
  • Minimnya konservasi situs-situs geologi yang seharusnya menjadi daya tarik utama.
  • Kurangnya fasilitas penunjang wisata, seperti toilet bersih, air minum portabel, dan pengelolaan sampah yang belum optimal.
  • Belum optimalnya integrasi etnobotani Batak dengan fasilitas yang sudah ada.
  • Kurangnya pemandu wisata profesional yang memiliki pemahaman mendalam tentang Geopark dan mampu memberikan pengalaman edukatif kepada wisatawan lokal maupun mancanegara.

Dampak dan Ancaman bagi Status UNESCO Geopark

Dari hasil diskusi, disimpulkan bahwa pengelola Geopark Toba belum menunjukkan terobosan inovatif yang seharusnya mencerminkan daya saing di era digital ini. Padahal, UNESCO merekomendasikan bahwa pengelola harus memiliki gagasan istimewa serta mampu berkolaborasi dengan pemangku kepentingan dan pemangku kebijakan. Jika tidak ada perbaikan signifikan, status TC UGGp yang saat ini berstatus kartu kuning dapat berubah menjadi pencabutan status UNESCO pada tahun 2025.

Yang lebih disayangkan, menurut informasi yang diperoleh, sejak Maret 2025, para pengelola geosite tidak lagi dipekerjakan. Padahal, salah satu persyaratan UNESCO adalah adanya tenaga pengelola yang profesional dan kuat dalam memberikan pelayanan terbaik serta menjaga keberlanjutan pengelolaan geopark.

Dibutuhkan Langkah Nyata dan Inovatif

Agar Geopark Toba tetap menjadi destinasi unggulan berkelas dunia, berbagai pihak harus bekerja sama untuk:

1.Meningkatkan inovasi dalam promosi digital, termasuk melalui media sosial dan platform wisata.

2.Meningkatkan infrastruktur dan fasilitas wisata agar memenuhi standar internasional.

3.Melatih dan merekrut kembali tenaga profesional yang dapat mengelola 16 geosite dengan optimal.

4.Mengembangkan atraksi wisata baru berbasis budaya dan geologi agar lebih menarik bagi wisatawan.

5.Memperkuat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat lokal, dan sektor swasta dalam pengelolaan Geopark.

Jika langkah-langkah ini tidak segera diambil, status UNESCO Global Geopark bisa terancam hilang, yang berdampak pada turunnya daya tarik wisata Samosir dan kehilangan potensi ekonomi yang besar. Saatnya Geopark Kaldera Toba bertransformasi dengan inovasi dan strategi yang lebih kreatif agar tetap menjadi ikon wisata kebanggaan Indonesia di mata dunia. ***

Oleh : Dr. Wilmar Eliaser Simandjorang, Dipl_Ec.,M.S (Penulis adalah Penggiat Lingkungan/Ketua Pergerakan Penyelamatan Kawasan Danau Toba).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *