BeritaHeadline

Legenda Wisata Irigasi Bara Balun Terabaikan, Khairunas dan Yulian Efi Dinilai Abai Warisan Budaya Solok Selatan

144
×

Legenda Wisata Irigasi Bara Balun Terabaikan, Khairunas dan Yulian Efi Dinilai Abai Warisan Budaya Solok Selatan

Sebarkan artikel ini
Irigasi Bara Balun , berfungsi dari tahun 1979 sebagai pusat wisaya, dan pusat sumber air petani Sungai Pagu Lama, sepertinya tak terurus , terkesampingkan oleh Pemkab Solok- Selatan.

SOLOK SELATAN, JAYA POS — Keindahan alam dan nilai sejarah yang melekat pada destinasi Wisata Irigasi Bara Balun kini seolah sirna dari perhatian Pemerintah Kabupaten Solok Selatan. Bangunan irigasi legendaris yang telah berdiri sejak tahun 1978 ini kini terkesan terbengkalai di tengah kepemimpinan Bupati H. Khairunas dan Wakil Bupati H. Yulian Efi. Ironisnya, wisata ini terletak tepat di pintu masuk pusat budaya Surambi Sungai Pagu—lokasi bersejarah yang seharusnya menjadi prioritas pelestarian daerah.

Dulunya dibangun oleh Sabri Zakaria—mantan Kepala Kanwil PU era Orde Baru yang juga kakak dari mantan Bupati Muzni Zakaria—Irigasi Bara Balun dikenal sebagai “irigasi raksasa” yang menjadi urat nadi pertanian serta gerbang budaya Nagari Koto Parik Gadang Diateh (KPGD). Namun kini, aset bernilai sejarah dan potensi ekonomi itu tidak lagi tersentuh pembangunan maupun program pelestarian pemerintah daerah.

Ketika dikonfirmasi, PJ Kepala Dinas Pariwisata Solok Selatan, Pemil, menjelaskan bahwa wisata Irigasi Bara Balun tidak tercatat sebagai aset wisata resmi Pemda. “Irigasi ini memang legendaris, tapi secara administrasi tidak termasuk dalam daftar objek wisata daerah,” ujarnya saat ditemui di kantor Dinas Pariwisata di Timbulun, Padang Aro, Selasa (29/7).

Padahal, posisi strategis wisata ini—berada di tepi jalan nasional dan dekat dengan pusat kegiatan budaya Balai Akat (pasar mingguan)—menyimpan potensi besar. Dari wisata air seperti perahu motor dan ‘fit bot’, hingga olahraga ekstrim seperti paralayang dari Bukit Kasih, semuanya memiliki daya tarik tersendiri. Belum lagi keberadaan pedagang kuliner lokal yang menjajakan makanan khas tradisional di sepanjang kawasan irigasi.

Tokoh pemekaran Kabupaten Solok Selatan, Irwandi SB, menyayangkan sikap acuh pemerintah terhadap warisan ini. “Irigasi itu bukan hanya peninggalan fisik, tapi jantung ekonomi dan simbol budaya. Umurnya hampir setengah abad, berada di pusat aktivitas masyarakat, tetapi tak pernah disentuh. Pemerintah seharusnya memberi kemudahan, bukan membiarkan potensi ini mati pelan-pelan,” tegasnya.

Ia juga menambahkan, jika ada kemauan dari pihak pemerintah, segala tantangan pasti bisa diatasi. “Kesulitan adalah milik rakyat, sedangkan keberadaan pemerintah untuk menghadirkan solusi,” ujar Irwandi yang turut didampingi tokoh masyarakat lainnya, Kak SP.

Kini, masyarakat berharap agar Pemda tidak lagi menutup mata terhadap warisan budaya dan ekonomi yang hidup dalam Wisata Irigasi Bara Balun. Mereka menuntut agar destinasi ini dimasukkan dalam agenda revitalisasi wisata daerah demi kemajuan Solok Selatan yang berkelanjutan. (EA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *